Spesial.net – Anda pasti tahu mengenai satu ikon ibukota Jawa Timur ini? Yah, monumen suro dan boyo ini memang sangat ikonik yaitu sebuah monumen ikan suro (hiu) dan boyo (buaya) sedang bertarung. Di balik lambang tersebut tersimpan cerita rakyat menarik di belakangnya tapi sebelumnya mari kita bahas satu persatu fakta monumen satu ini.
Pemilihan ikan sura dan buaya pada pembuatan monumen bukan tiada maksud tetapi memiliki arti tersendiri yaitu berjuang. Tidak aneh jika semangat masyarakat Surabaya saat itu tidak luntur ketika harus berhadapan dengan sekutu bersenjata lengkap. Selain itu, jika dipisahkan, sura berarti selamat dan baya artinya bahaya. Jadi, ikon sura dan baya ini melambangkan kisah masa lalu tentang selamatnya daerah ini dari serangan tentara Tar-tar.
Monumen yang berlokasi di depan Kebun Binatang Surabaya ini dibuat dari bahan yang sederhana yaitu semen, pasir dan batu bata. Tetapi, filosofi yang diberikan sangatlah dalam. Semua ini berkat jasa Sigit Margono yang mampu mencitrakan filosofi tersebut ke dalam sebuah karya monumen.
Beradanya patung ini tentunya memiliki keuntungan bagi kota Surabaya itu sendiri. Sering sekali monumen ini menjadi tujuan utama wisatawan untuk berkunjung. Belum lagi jika ada pengambilan gambar film berlatarkan Surabaya, monumen ini tidak pernah luput dari perhatian.
Cerita Rakyat Sura dan Baya
Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas, dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. Akhimya mereka mengadakan kesepakatan.
“Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya,” kata ikan Sura.
“Aku juga, Sura. Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan.
“Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!”
“Baik aku setujui gagasanmu itu!” kata Buaya.
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memarig tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
“Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja. “Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair? Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini ‘kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku,” kata Ikan Hiu Sura.
“Apa? Sungai itu ‘kan tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!” Buaya ngotot.
“Tidak bisa. Aku “kan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab Ikan Hiu Sura.
“Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?”
“Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!” kata Sura.
“Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.
“Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau kalah.
“Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku ? Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya.
“Berkelahi lagi, siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.
Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu gambar ikan sura dan buaya.
==
Wisata Seru di Surabaya Lainnya
- Taman Skate & BMX Surabaya
- Deretan Artis Kelahiran Surabaya
- Harga Tiket Kenjeran Waterpark
- Keistimewaan Masjid Sunan Ampel
- Info Lengkap Mal di Surabaya
- Rekomendasi Salon di Surabaya
- Pasar Kuliner Kembang Jepun
- Galeri 3D De Mata Trick Eye Museum
- Misteri Museum Kesehatan
- Taman Persahabatan Korea Indonesia
==
SUMBER: wikipedia.co.id, airpaz.com